Selasa, 17 Februari 2009

Tentang Adenita, 9 Matahari


Mau tahu tentang Adenita, dan novel 9 Mataharinya? Baca biografi dan petikan novelnya.


Tentang 9 Matahari Karya Adenita


Tetralogi Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang sarat dengan nilai edukasi cukup membuka mata banyak orang akan kondisi pendidikan di Indonesia. Banyak orang yang akhirnya termotivasi untuk belajar dan bekerja giat setelah membaca novel itu. Memang, pendidikan di Indonesia memiliki masalah yang cukup kompleks apalagi biaya yang semakin tinggi. Adenita juga merasakan hal demikian yang direfleksikan dalam sebuah novel berjudul 9 matahari.Lewat novel ini, Adenita menceritakan lewat tokoh utamanya Matari mengenai perjuangannya dalam melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Sayangnya, di Indonesia biaya yang dikeluarkan untuk sekolah sangat tinggi. Matari harus memeras otak bagaimana agar bisa tetap kuliah dengan dana yang sangat minim. Keluarganya yang taraf ekonomis sangat pas-pasan tidak menyetujui keinginan Matari karena memang belum mampu. Tapi Matari terus nekat dengan usahanya ini karena kuliah adalah impiannya sejak dahulu.Novel ini mencoba menceritakan perjalanan seseorang mencari impiannya. Mengajak kita untuk terus bersemangat dalam menggapai cita-cita jika ingin sukses.


Epilog

“Kalau menginginkan kemakmuran satu tahun, tanamlah gandum. Kalau menginginkan kemakmuran sepuluh tahun, tanamlah pohon. Kalau menginginkan kemakmuran seratus tahun, kembangkanlah orang.” (Pepatah Cina)

Aku memang berhasil kuliah. Bukan hanya membawa ilmu, tapi juga utang kuliah. Total utangku adalah 70 juta. Utang atas nama diriku, bukan orang tuaku. Utang atas nama semua ilmu yang kuserap dari bangku kuliah dan kepingan pengalamannya. Utang atas pembentukan karakter diri. Semua itu adalah tanggung jawab pribadi atas sebuah impian. Semua itu juga adalah harga yang harus aku tukar dengan sebuah pengalaman duduk di bangku kuliah dan sejuta pengalaman berharga lainnya. Aku tidak merasa jumlah dan kewajiban itu sebagai beban karena aku tahu harga itu memang pantas untuk aku jadikan ‘investasi’ hidupku. Andai aku tidak mengalami ini semua, mungkin aku tidak akan pernah menghitung secara detail nominal yang aku keluarkan, mungkin aku tidak akan pernah belajar tentang rencana dan mungkin aku juga akan rentan terhadap tekanan.
Aku sadar, ada sebuah harga yang harus dibayar untuk menciptakan sumber daya manusia yang cerdas pemikiran dan emosi, aktif, berprestasi, dan andal. Merencanakan pendidikan sama pentingnya dengan merencanakan hidup. Sayangnya, masih banyak golongan yang sulit melakukannya. Mereka tidak mampu mengidentifikasi biaya hanya karena kebutuhan pendidikan harus tarik-menarik dengan kebutuhan hidup. Maka, di sinilah informasi berperan. Bagaimana agar semakin banyak orang yang mengerti tentang manajemen keuangan, juga yang penting adalah manajemen hidup. Untuk orang yang berasal dari masyarakat bawah, seperti aku dulu, betapa bahagianya aku kalau informasi seputar beasiswa bisa dengan mudah aku dapatkan.
Aku sudah pernah mengalami, betapa miskin informasi membuatku jadi miskin pilihan ‘jalan alternati’. Sekarang saatnya aku fokus untuk mengembalikan semua itu. Aku menargetkan diri mengembalikan ‘modal’ kuliahku selama dua tahun ini. Aku tahu targetku itu bukan target biasa. Tapi, semuanya aku bawa kembali bersama keyakinan. Sama seperti aku yakin akan mampu mendapatkan kesempatan kuliah dan menyelesaikannya. Ada ribuan cerita terserak di sana, tapi hasilnya nyata.

Salam dari mamanya Sari Yoga Yogie di Magelang

Tidak ada komentar: