Rabu, 11 Agustus 2021

Teks Cerita Sejarah (S.W. Rochmah_SMANTID)

 A. Pengertian Teks Cerita Sejarah

Teks cerita sejarah adalah teks yang menjelaskan dan menceritakan tentang fakta dan kejadian masa lalu yang menjadi latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai sejarah. 

Salah satu jenis teks cerita sejarah sebagai latar untuk mengisahkan tokoh-tokoh fiksinya bertujuan mengisahkan kembali seorang tokoh sejarah dalam dimensi kehidupannya, seperti emosi pribadi tokoh, tragedi yang menimpa, kehidupan keluarga dan masyarakat, serta pandangan politiknya. 


Contoh novel sejarah adalah novel Rara Mendut Sebuah Trilogi versi Y.B. Mangunwijaya dan versi Ajip Rosidi; Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Segala Bangsa serta Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer, Soekarno: Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. yang mengisahkan kehidupan Soekarno ketika menjalin rumah tangga dengan Inggit Garnasih; Novel Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil karya Remy Sylado. 


B. Ciri-ciri Teks Cerita Sejarah

Ciri-ciri teks cerita sejarah sebagai berikut.

1. Disajikan secara kronologis berdasarkan urutan kejadian atau peristiwa di masa lampau. 

2. Berbentuk rekon teks atau cerita ulang. Cerita ulang atau rekon dibedakan menjadi tiga jenis, yakni sebagai berikut.

a. Rekon pribadi, memuat keterlibatan penulis dalam peristiwa secara langsung.

b. Rekon faktual, berisi kejadian faktual, eksperimen ilmiah, jurnal warta, catatan kepolisian, dan sebagainya.

C. Rekon imajinatif, memuat kisah faktual, namun dikhayalkan kembali menjadi cerita yang lebih terperinci dan menarik.

3. Sering menggunakan konjungsi (kata penghubung) temporal.

4. Isinya berupa fakta yang diperoleh berdasarkan data-data yang dikumpulkan. 


C. Struktur Teks Cerita Sejarah

Struktur teks cerita sejarah adalah

a. orientasi,

b. urutan peristiwa,

c. reorientasi.


D. Kaidah Kebahasaan

 Kaidah kebahasaan novel sejarah yaitu sebagai berikut.

 1. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau.

Contoh: dahulu kala, sepuluh tahun yang lalu, pada awal abad 20 dan sebagainya.

2. Menggunakan banyak kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis dan temporal). seperti setelah itu, mula-mula, sejak saat itu, kemudian, dan sebagainya.

3. Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (kata kerja material) Contoh: berdiri, mendirikan, mendatangkan, dan sebagainya. 

4 Menggunakan banyak kata kerja yang menunjukkan kalimat tidak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang, misalnya menurut, mengungkapkan, menanyakan, menuturkan, dan sebagainya.

5. Menggunakan banyak kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental), misalnya merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan dan sebagainya.

6. Menggunakan banyak dialog, yang ditunjukkan oleh tanda petik ganda dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung atau kalimat langsung.

7. Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.


(Dari berbagai sumber)