Kamis, 23 September 2021

Adverbia (S.W. Rochmah_SMANTID)

Adverbia adalah kata keterangan yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Pada umumnya, adverbia digunakan sebagai pewatas. Perhatikan contoh di bawah ini.

  • Paman baru tiba di Jakarta.
  • Saya belum mengerjakan tugas.
  • Mama ingin sekali memiliki rumah gedongan.

Pada contoh pertama dan kedua, adverbia baru serta belum menjadi pewatas untuk verba tiba dan mengerjakan. Kedua verba tersebut merupakan inti.

Sementara itu, contoh ketiga memiliki dua adverbia. Ingin berdiri sebagai inti, sedangkan sekali adalah pewatasnya.

Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2017: 239), adverbia berdasarkan perilaku semantisnya dapat digolongkan menjadi delapan macam, yakni adverbia

  • 1.    kualitatif,
  • 2.    kuantitatif,
  • 3.    limitatif,
  • 4.    frekuentif,
  • 5.    kewaktuan,
  • 6.    kecaraan,
  • 7.    kontrastif, dan
  • 8.    keniscayaan.

 

1.   Adverbia Kualitatif

Adverbia ini digunakan untuk menyatakan makna yang berhubungan dengan derajat, tingkat, atau mutu. 

  • Udin paling suka minum kopi.
  • Nilai ujian matematika anak saya sangat bagus.
  • Ucapanmu lebih besar daripada nyalimu.
  • Akhir-akhir ini, kamu kurang perhatian.
  • Sejujurnya, aku agak tersinggung.

 

2.     Adverbia Kuantitatif

Berbeda dengan adverbia kualitatif, jenis ini menyatakan makna yang berhubungan dengan jumlah.

  • Jangan banyak minta!
  • Biaya yang ia keluarkan untuk perjalanan ini tidaklah sedikit.
  • Untuk menyelesaikan tugas ini, saya membutuhkan waktu kira-kira dua sampai tiga hari. 
  • Uang ini hanya cukup untuk kita makan selama dua pekan ke depan.

 

3.     Adverbia Limitatif

Adverbia ini bertujuan untuk menyatakan makna yang berhubungan dengan pembatasan.

  • Vaksin hanya untuk orang kaya.
  • Kami di rumah saja sewaktu tahun baru nanti.
  • Maaf, saya sekadar mengingatkan.

 

4.     Adverbia Frekuentatif

Adverbia frekuentatif menyatakan makna yang berhubungan dengan kekerapan.

  • Kami selalu menyempatkan diri untuk sarapan bersama-sama.
  • Indah sering lupa akan hari ulang tahunku.
  • Mereka sudah jarang berbicara.
  • Kadang-kadang, saya kagum dengan semangatmu itu.

 

5.    Adverbia Kewaktuan

Adverbia kewaktuan menyatakan makna yang berhubungan dengan terjadinya suatu peristiwa.

  • Aku baru mengerti maksudmu selama ini.
  • Kita harus segera berangkat.
  • Mama langsung menangis setelah mendengar berita itu.
  • Semoga pandemi lekas berakhir.

 

6.     Adverbia Kecaraan

Adverbia ini menyatakan makna yang berhubungan dengan proses terjadinya suatu peristiwa.

  • Aku diam-diam mengamatinya dari jauh.
  • Badrun akan menyusul secepatnya.
  • Pelan-pelan, dia membuka pintu kamar.

 

7.   Adverbia Kontrastif

Adverbia kontrastif adalah adverbia yang menyatakan pertentangan dengan hal atau makna kata yang disampaikan sebelumnya.

  • Sungguh saya tidak tahu apa-apa. Bahkan kalau kamu tidak minta, saya tidak akan datang ke sini.
  • Bukannya minta maaf, dia malah marah-marah sama saya!
  • Siapa bilang dia murah hati? Justru dialah koruptornya!

 8.  .  Adverbia Keniscayaan

Adverbia ini adalah adverbia yang menyatakan hubungan makna dengan kepastian akan terjadinya hal atau peristiwa.

  • Kita pasti bisa melewati masa-masa sulit ini.
  • Kita tentu tidak setuju dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah yang merugikan rakyat.

 

Rujukan:  Moeliono, Anton. M dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

 



Rabu, 15 September 2021

Teks Anekdot (S.W. Rochmah_SMANTID)

 


Teks anekdot adalah cerita singkat yang ditulis berdasarkan pengalaman hidup penulis. Keunikan dari cerita ini selain ditulis secara pendek, ternyata memuat cerita yang lucu yang isinya menyindir atau mengkritiksesuatu.

 

Teks anekdot dapat pula diartikan sebagai bentuk penyadaran sosial. Lewat cerita dapat menyadarkan masyarakat dengan cara yang lebih humor, unik dan menghibur.

Namun, tidak semua cerita lucu tergolong teks anekdot. Anekdot memiliki kekhasan yaitu bersifat lucu, satiris (mengandung sindiran), serta mengandung pesan moral. Anekdot disampaikan dengan gaya bahasa ringan, komunikatif, dan akrab. Anekdot memiliki fungsi rekreatif, menghibur, dan didaktis.

Tujuan teks anekdot adalah memberikan kritik dan pelajaran (pesan moral) kepada masyarakat, khususnya pelayan publik di bidang hukum, sosial, politik, dan lain-lain. Teks anekdot tidak hanya bercerita tentang hal-hal yang lucu atau kisah jenaka saja, tetapi juga berisi ajaran mengenai pesan moral serta ungkapan suatu kebenaran. Teks anekdot juga mengandung makna tersirat yang disampaikan oleh penulis.

Pengertian teks anekdot menurut Kamus Besar Indonesia cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya

1.       Ciri-ciri Teks Anekdot 

  • 1.       Melibatkan partisipan 
  • 2.       Memuat unsur lucu 
  • 3.       Bentuk dari sindirian 
  • 4.       Mengandung konjungsi
  • 5.       Bersifat Mengelitik
  • 6.       Penyajian Cerita Mirip Dongeng 
  • 7.       Diceritakan Secara Realistik 
  • 8.       Bisa Mengenai Orang Penting

Struktur Teks Anekdot 

  • 1.       Abstraksi 
  • 2.       Orientasi 
  • 3.       Krisis 
  • 4.       Reaksi
  • 5.       Koda 

 

Tujuan Teks Anekdot 

  • 1.       Membangkitkan tawa bagi pembaca 
  • 2.       Sebagai hiburan
  • 3.       Sebagai bentuk kritik
  • 4.       Kaidah teks anekdot 
  • 5.       Menunjukan waktu lampau 
  • 6.       Menggunakan kata penghubung 
  • 7.       Menggunakan  verba 
  • 8.       Ditulis secara kronologis
  • 9.       Menggunakan pertanyaan retorik 
  • 10.   Menggunakan kalimat perintah