Peribahasa, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap
susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga
bidal, ungkapan, perumpamaan).
Peribahasa diartikan sebagai
sebuah ungkapan yang terdiri dari beberapa kata dengan maksud untuk menyatakan
keadaan seseorang. Terkadang, peribahasa juga digunakan untuk menyindir
seseorang. Penggunaan peribahasa menjadikan pengungkapan maksud seseorang menjadi
lebih sopan. Hal ini karena susunan kata peribahasa adalah kata-kata yang
tersusun secara indah dan teratur. Dalam masyarakat, peribahasa diturunkan
turun temurun.
Terdapat beberapa jenis
peribahasa dalam Bahasa Indonesia.
Peribahasa dibagi menjadi:
1. pepatah,
2. ungkapan,
3. bidal/pameo,
4. perumpamaan,
5. tamsil/ibarat,
6. dan semboyan.
1. Pepatah
Pepatah merupakan salah satu
jenis peribahasa yang berisikan nasihat. Nasihat atau ajaran dalam pepatah
biasanya berasal dari orang-orang terdahulu.
Contoh:
No. |
Pepatah |
Makna |
1. |
Sehari selembar benang,
lama-lama jadi kain |
Bekerja dan berusaha sedikit
demi sedikit, maka dari waktu ke waktu pasti berhasil juga |
2. |
Air tenang menghanyutkan |
Orang pendiam yang ternyata
berilmu banyak |
3. |
Bagai bumi dan langit |
Dua hal yang sangat berbeda |
4. |
Berjalan pelihara kaki, berkata
pelihara lidah |
Harus selalu berhati-hati dalam
melakukan setiap perbuatan |
5. |
Di mana ada kemauan, di situ
ada jalan |
Akan selalu ada jalan bagi
orang yang mau berusaha sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita |
2. Ungkapan
Ungkapan sering juga disebut
dengan idiom. Ciri khas dari ungkapan adalah makna konotasi dari unsur
kata-kata pembentuknya. Dengan kata lain, ungkapan merupakan gabungan kata yang
mempunyai makna yang bukan sebenarnya. Ungkapan seringkali digunakan untuk menyampaikan
maksud kepada seseorang, dapat berupa sindiran, pujian, atau istilah pengganti
agar terdengar lebih sopan. Contoh:
No. |
Ungkapan |
Kalimat |
1. |
lintah darat = rentenir |
Meminjam uang kepada lintah
darat justru menambah masalah, bukannya menghilangkan masalah. |
2. |
kecil hati = minder |
Rani dikenal oleh
teman-temannya sebagai seorang anak yang kecil hati. |
3. |
tikus kantor = koruptor |
Dari tahun ke tahun, KPK semakin
berhasil menjerat para tikus kantor. |
4. |
otak encer = pandai |
Si otak encer selalu saja
dikelilingi oleh teman-temannya untuk dimintai bantuan. |
5. |
tulang berbalut kulit = kurus |
Penyakit kanker lambat laun
membuat badannya hanya tinggal tulang berbalut kulit. |
3. Bidal/Pameo
Bidal sebenarnya termasuk dalam
jenis puisi lama. Akan
tetapi karena bentuknya adalah peribahasa maka dapat juga dikategorikan dalam
salah satu jenis peribahasa. Perbedaan bidal dengan jenis peribahasa lainnya
adalah adanya rima dan irama, hal ini tidak terlepas bidal sebagai salah satu
jenis puisi. Secara khusus, bidal yang berupa pameo identik dengan ucapannya
yang diulang-ulang dan sering digunakan sebagai semboyan atau pembangkit
semangat. Contoh:
1.
Ada budi ada talas.
Ada budi ada balas.
2.
Ikan sepat ikan
gabus. Makin cepat makin bagus.
3.
Bersatu kita teguh,
bercerai kita runtuh.
4.
Sekali merdeka, tetap
merdeka.
4. Perumpamaan
Jenis peribahasa selanjutnya
adalah peribahasa perumpamaan. Peribahasa perumpamaan adalah sebuah kalimat yang
mengungkapkan suatu kondisi tertentu. Ciri khas dari peribahasa perumpamaan
adalah penggunaan kata seperti, bak, bagai, bagaikan.
1.
Bagai air di atas
daun talas. (makna: orang yang tidak mempunyai pendirian, atau bingung.)
2.
Menepuk air di dulang
terpercik muka sendiri. (makna: orang yang tidak menjaga rahasia keluarga
sendiri akan mendapat malu sendiri)
3.
Sambil menyelam minum
air. (makna: orang yang mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu)
4.
Menggantang asap
mengukir langit. (makna: pekerjaan yang tiada guna)
5.
Buah manis berulat di
dalamnya. (makna: kata-kata manis akan tetapi jahat hatinya)
5. Tamsil/Ibarat
Tamsil/ibarat adalah jenis
peribahasa yang ditujukan untuk menunjukkan perbandingan tentang suatu hal.
Contoh:
1.
Ibarat bunga, segar
dipakai layu dibuang. (makna: seseorang ketika masih sehat disayang, ketika
sakit ditinggalkan)
2.
Tua-tua keladi, makin
tua makin menjadi. (makna: orang yang bertambah usianya, kelakuannya makin
seperti anak muda)
3.
Sakit sama mengaduh,
luka sama mengeluh. (makna: sepaham dalam setiap keadaan)
4.
Menang jadi arang,
kalah jadi abu. (makna: kondisi menang atau kalah sama-sama menderita)
5.
Ada uang abang
disayang, tak ada uang abang melayang. (makna: hanya mau di saat senang dan
tidak mau di saat susah)
6.
Jauh di mata dekat di
hati. (makna: tetap merasa berdekatan walaupun berjauhan)
7.
Malang tidak dapat
ditolak, mujur tidak dapat diraih. (makna: manusia tidak dapat menentukan apa
yang akan terjadi)
8.
Karena nila setitik,
rusak susu sebelanga. (makna: karena kesalahan kecil, semua kebaikan yang telah
dilakukan hilang)
9.
Tong penuh tidak
berguncang, tong setengah berguncang. (makna: orang berilmu akan menjaga
omongan, sedangkan orang bodoh banyak omong)
10.
Berguru kepalang
ajar, bagai bunga kembang tidak jadi. (makna: hendaknya menuntut ilmu dengan
sepenuh hati agar mendapat hasil yang baik)
6. Semboyan
Semboyan digunakan untuk pedoman,
baik oleh individu atau kelompok tertentu. Contoh:
1.
Rajin pangkal pandai.
2.
Hemat pangkal kaya
3.
Kebersihan
sebagian dari iman
4.
Tiada kata terlambat
untuk belajar.
5.
Habis gelap terbitlah
terang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar