Jumat, 29 Desember 2017

Terapi Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)

“ TMS bekerja dengan memberikan stimulus gelombang elektromagnetis pada sel saraf otak agar dapat bekerja lebih baik ”
Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah salah satu alat di bidang Neurofisiologi yang dapat digunakan baik sebagai alat bantu diagnostik maupun sebagai alat terapi gangguan susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi.
TMS bekerja dengan memberikan stimulus gelombang elektromagnetis pada sel saraf otak agar dapat bekerja lebih baik. Frekuensi stimulus yang diberikan dapat berupa frekuensi rendah untuk menginhibisi (menghambat) ataupun frekuensi tinggi untuk eksitasi (merangsang / mengaktivasi sel-sel saraf yang kurang aktif).
Dokter Satya Hanura, Sp.S. dari tim Jakarta Brain Centre – RS Jakarta menjelaskan persiapan sebelum terapi TMS, terapi TMS dan efek samping TMS, sebagai berikut :
Persiapan Sebelum Terapi TMS
Ada beberapa prosedur yang perlu dilakukan sebelum menggunakan TMS, diantaranya pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang (EEG, MEP, CT scan kepala/MRI), pemeriksaan fungsi kortikal luhur, adanya riwayat kejang, adanya logam / implant di dalam otak. Dan perlunya menandatangani informed consent.
Pada pasien dengan riwayat kejang atau epilepsi, dilakukan pemeriksaan EEG (Electro Encephalografi) untuk mengetahui bagaimana aktivitas listrik otak, apakah normal atau tidak normal. Salah satu abnormalitas adalah adanya fokus epileptiform. Tekhnik yang dipakai menggunakan frekuensi rendah, agar dapat timbul efek inhibisi / penghambatan pada sel-sel saraf yang sudah sangat aktif.
TMS tidak boleh dilakukan pada orang yang mempunyai benda logam (ferromagnetik) di otaknya, karena medan magnet yang ditimbulkan alat ini dapat memicu panas, yang justru akan mengakibatkan kerusakan pada sel-saraf. Pada pasien yang menggunakan kawat gigi, masih boleh di lakukan.
rTMS_Figure1
 Terapi TMS
Pertama-tama ditentukan dahulu RMT (resting motor threshold) pada korteks motorik, stimulasi ini akan menimbulkan gerakan pada jari-jari tangan sisi yang berbeda dari sisi yang di rangsang. Besarnya RMT adalah power terendah yang masih dapat menimbulkan gerakan pada jari tangan.
Kemudian dipilih jenis TMS yang akan diberikan, diantaranya monophasic, biphasic, atau poliphasic. Titik stimulasi TMS tergantung dari bagian otak yang akan di stimulasi atau diinhibisi. Lamanya terapi bervariasi dari beberapa menit hingga 30 menit, dengan total terapi hampir 1 jam.
Efek samping TMS
Pada sebagian kecil orang dapat timbul sakit kepala, mual, dan mengantuk, namun hal ini hanya berlangsung sementara, belum ada yang melaporkan adanya efek jangka panjang

Copast dari Brain Centre – RS Jakarta

Tidak ada komentar: