Sabtu, 06 Juli 2013

Kepemimpinan Kontemporer

Kepemimpinan Kontemporer (S.W.Rochmah, sariyogayogie.blogspot.com) Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: 1. pemimpin sebagai subjek, dan. 2. yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Kepemimpinan adalah keampuan mempengaruhi pendapat, sikap dan prilaku orang lain. Menurut Kartini Karno pemimpin adalah prilaku yang memiliki kecakapan khusus dengan atau pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian saran-saran tertentu.” Kepemimpian Kontemporer Kepemimpinan kontemporer lebih menekankan kepada “pembentukan perilaku”. Pembentukan perilaku ‘’ lebih menggunakan kata-kata, gagasan, dan kehadiran fisik untuk mengendalikan bawahan. Teori Kepemimpinan Kontemporer Kepemimpinan Kharismatik Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi. Kepemimpinan Transformasional Pemimpin pentransformasi (transforming leaders) mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi. Dari teori ini memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional mengubah budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai baru. Kepemimpinan Visioner Pemimpin visioner adalah pemimpin yang memiliki karakter seorang pahlawan, khususnya dalam hal keberanian dan sikap rela berkorban untuk kebaikan yang lebih tinggi (greater good). Pemimpin yang visioner akan rela berkorban karena ia dapat melihat bahwa ada sesuatu yang berharga di ujung perjuangannya. Pemimpin yang visioner berani untuk mengambil resiko demi mencapai visi yang diperjuangkannya. Seorang pemimpin visioner harus bisa menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih. Oleh karena itu seorang pemimpin visioner harus: 1. menyusun arah dan secara personal sepakat untuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh organisasi. 2. memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk mendengar dan mengawasi umpan balik. 3. selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya.

Minggu, 12 Mei 2013

Filsafat dalam Puisi

Filsafat dalam Puisi (S.W. Rochmah, SMANTID,  sariyogayogi.blogspot.com) Sastra dan filsafat berhubungan erat. Keduanya sama-sama bermuara pada pengalaman menghayati kehidupan ini. Perbedaannya terletak pada segi nuansa. Filsafat memaparkan pengalaman penghayatan kehidupan lewat bantuan pertanyaan mengenai kebenaran hakiki pada pertanyaan mengenai siapa manusia, apa artinya hidup ini, ke mana arahnya, bagaimana pandangan si manusia sebagai pelaku sejarah hidup terhadap dunianya. Filsafat memburu kebenaran hakiki, yakni keterangan yang sedalam-dalamnya dari gejala objek material. Singkatnya filsafat adalah hasil pemikiran. Definisi filsafat secara etimologi (Inggris: philosofy, Arab: falsafah)berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno yaitu philein atau philos yang berarti cinta atau sahabat dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua kata tersebut membentuk istilah philosophia. Dengan demikian, berdasarkan asal usul katanya filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan dalam bahasa indonesia identik dengan istilah filsafat, maka bagi orangnya disebut filsuf/filosof. Sedangkan sastra memaparkan penulisan pengalaman itu secara langsung dan konkret. Bahasanya pun diungkapkan secara langsung memaparkan kehidupan yang ada. Bahasa ini amat jelas terkait dengan kegiatan menciptakan karya sastra, salah satunya puisi. Artinya, karena sastra membahasakan pengalaman hidup, maka ciri bahasanya pun lebih merupakan bahasa ujaran, yaitu memaparkan dengan bercerita dan berkisah lewat kata. Sastra sangat dekat dengan kehidupan manusia. Di dalam karya sastra terkandung filsafat. Melalui karya sastra manusia bisa berfilosofi. Sastra mengandung unsur keindahan dan kemuliaan sehingga dapat menimbulkan rasa haru, kagum, puas, atau bahagia bagi orang yang menikmatinya. Karya sastra merupakan ekspresi akal budi manusia, yaitu moral, etika, estetika, dan intelektual. Oleh karena itu sastra dapat memperhalus budi manusia, meningkatkan budi pekerti, serta menyadarkan manusia mengenai suatu kebenaran. Melaluinya kehidupan manusia menjadi lebih indah dan bermakna. Dari zaman dahulu sastra sudah menjadi sarana pengungkapan ekspresi berfilsafat. Sebelum manusia bisa membaca dan menulis, manusia sudah mahir mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah, sehingga pendengarnya dapat merasakan dan menikmati keindahan bahasa tersebut. Contoh sastra yang berkembang secara lisan adalah puisi-puisi lama seperti karmina, pantun, talibun, syair dan gurindam. Seiring dengan perkembangan zaman, berkembang pula karya sastra bentuk tertulis. Prasasti-prasasti yang ditemukan seperti prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, Karang brahi, dan Kedu merupakan bukti perkembangan sastra. Primbon, ramalan Jayabaya, kitab-kitab agama Hindu seperti Mahabarata karangan Mpu Wiyasa, Sutasoma karangan Mpu Tantular, dan Ramaya karangan Mpu Walmiki, merupakan jenis karya sastra yang mempunyai filosi sangat tinggi. Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu: prosa, puisi, dan drama. Dalam paper ini penulis akan mempaparkan mengenai filsafat dalam puisi. Puisi adalah bentuk karya sastra yang bahasanya padat, singkat, berirama, dengan bunyi yang padu, dan dengan diksi yang indah. Kata-kata yang dipilih memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. Kata-kata itu mewakili makna yang lebih luas dan lebih banyak. Satu kata dalam puisi bisa mengandung banyak makna. Puisi dibagi menjadi puisi lama dan puisi baru. Pada paper ini, penulis akan membatasasi tema pada puisi baru.